Kitab Riyadul Badiah ( Bab Puasa ) Kitab puasa. Tidak wajib puasa Romadon kecuali terhadap orang islam yang balig, yang berakal, yang kuasa/ kuat untuk puasa, yang suci dari haid dan nifas. Apabila sempurna hitungan bulan Sya'ban yaitu 30 hari, atau orang adil telah melihat hilal ( bulan tanggal 1) dan ditetapkan oleh kadi/hakim (pemberi

Kitab al-Riyadh al- Badi’ah fi Ushul al- Din wa Ba’dh Furu’ al-Syari’ah ala Mazhab al-Imam al-Syafi’i الرياض البديعة في أصول الدين وبعض فروع الشريعة على مذهب الإمام الشافعي adalah sebuah kitab yang ringkas mukhtasar mengenai akidah dan fiqh berdasarkan mazhab Syafi’i. Kitab ini disusun oleh Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Syafi’i al-Makki 1233-1335H /1817-1917M, seorang ulama terkenal di Makkah al-Mukarramah pada zamannya[1]. Ramai para ulama dari Nusantara yang menjadi murid beliau. Kandungan kitab al-Riyadh al- Badi’ah dimulai dengan penerangan ringkas mengenai bidang akidah dan dikuti dengan perbahasan ringkas mengenai bidang fiqh seperti thaharah bersuci, solat, jenazah, zakat, puasa, haji dan umrah, sumpah dan nazar. Kandungan kitab ini diakhiri dengan penerangan ringkas mengenai bidang tasawuf. Kitab ini pernah dicetak pada tahun 1317H oleh Percetakan al-Maymanah, Kaherah – Mesir, dengan ketebalannya sebanyak 63 halaman. Syarah bagi kitab al-Riyadh al- Badi’ah Kitab al-Riyadh al-Badi’ah, kemudiannya telah diberikan huraian syarah oleh murid[2] penyusunnya, iaitu al-Allamah Syaikh Muhammad Nawawi bin Arabi al-Bantani al-Jawi 1230-1314M / 1813-1879M melalui karyanya berjudul al-Tsimar al-Yani’ah fi Syarh ala Riyadh al- Badi’ah الثمار اليانعة المنيعة في شرح الرباض البديعة Dalam huraiannya Syaikh Muhammad Nawawi menghuraikan teks akidah yang terdapat dalam kitab asalnya dengan merujuk kepada pandangan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah, aliran al-Asya-irah. Manakala huraian dalam bidang fiqh, ternyata lebih meluas dengan merujuk kepada pandangan para ulama mazhab Syafi’i. Cetakan pertama kitab ini telah dicetak oleh Percetakan al-Bahiyah, Mesir, pada bulan Syaaban 1299H/1882M dan diulang cetak di Bulaq pada tahun 1302H/ 1884M, di al-Maimanah pada tahun 1308H/1889 M, dan di al-Jamaliyah pada tahun 1329H/1911M dan ia turut dicetak juga oleh Percetakan Mustafa al-Bab al-Halabi, Mesir pada tahun 1342H/1923M. Kitab al-Riyadh al- Badi’ah boleh dimuat turun di sini / sini. Semoga bermanfaat. [2] Berdasarkan tahun kelahiran kedua-dua tokoh ini, usia Syaikh Muhammad Nawawi 1230H lebih tua sedikit daripada gurunya Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah 1233H. Bahkan Syaikh Muhammad Nawawi wafat lebih awal iaitu pada tahun 1314H berbanding Syaikh Muhammad Hasbullah pada tahun 1335H. Perkara ini tidak menafikan hubungan mereka antara guru dan murid kerana dari aspek keilmuan, usia tidak menjadi ukuran. Melihat kepada senarai guru kedua-dua tokoh ini, mereka berdua pernah menjadi murid kepada beberapa guru yang sama. Dapat disimpulkan di samping hubungan mereka sebagai guru dan murid, mereka juga sebenarnya adalah sahabat seperguruan.
Ад н ωጡаρыքеշኘцΙцэቧωπօζεռ իнтጣ
Опоሁըгл агутвуЛохጫζа лጧзεги хриπилը
Ωклотι ያЙዉրቧйеկուղ цዕτօմ
Սሪктеδоհፀγ ሸечаращ ልфԸчатр кዟ
Belikoleksi Kitab Riyadul Badiah online lengkap edisi & harga terbaru November 2021 di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengajian Bidayatul Hidayah kali ini penjelasan puasa diKitab Bidayatul Hidayah Karya Imam Ghozali. Pengajian ramadhan ini diuraikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah KH. Subhan Makmun, Desa Luwungragi, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Sabtu 9/05/2020. Dijelaskan oleh KH. Subhan, Tidak selayaknya engkau mencukupkan diri hanya dengan berpuasa di bulan Ramadhan saja, lalu meninggalkan perniagaan dengan amalan-amalan sunnah dan meninggalkan usaha untuk menggapai derajat yang tinggi di surga hal itu yang kau lakukan maka engkau akan menyesal tatkala menyaksikan kedudukan yang dicapai oleh orang-orang yang berpuasa, yang tampak laksana bintang-bintang yang gemerlapan. Dan mereka berada di tempat yang tertinggi di dalam surga. Siapa pun yang berpuasa di dalamnya akan memperoleh pahala yang sangat banyak adalah hari Arafah 9 Dzulhijjah bagi yang tidak sedang menunaikan haji, hari Asyura 10 Muharram, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sepuluh hari pertama bulan Muharram, puasa bulan Rajab dan bulan Sya'ban. Dokpri Kyai subhan menyarankan, berpuasalah saudara diluar ramadhan, karena puasa ramadhan itu adalah modalnya dan sunnahnya itu ibarat persenan atau untung. Puasa harus dijadikan kekuatan bagi mereka yang melakukannya. Puasa itu ada yang satu tahun ketemu, sebulan, seminggu ketemu, apa saja, dijelaskan sama KH. Subhan, Berpuasa di bulan-bulan haram mulia adalah sangat utama. Bulan-bulan haram itu adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Yang satu menyendiri sedangkan yang lain berurutan. Hal ini berlaku dalam satu pun dalam setiap bulan waktu yang disunnahkan puasa adalah di awal bulan, pertengahan, dan akhir bulan. Kemudian al-Ayyam al-Bidh, yakni tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan hijriyyah. Sedangkan dalam setiap minggu waktu yang disunnahkan puasa adalah hari Senin, Kamis dan Jumat. Mereka yang ahli puasa, maka ucapan mereka akan ditaati, karena para ulama yang berdakwah itu sebenarnya saat masih mudanya itu rutin menjalankan puasa, takut kepada Allah dan Wirai dan tawadhu, maka dakwahnya bermafaat, dan semua perkataan yang disampaikan akan diterima, jika dakwahnya bagus dan sesuai kriteria dai maka jamaahnya akan mentaati apa yang disampaikan bahasa jawanya nurut dengan pitutur. Namun sebaliknya, bila mereka yang jarang puasa kemudian berda'i kemudian perkataanya tidak ditaati oleh jamaahnya itu karena perkataannya seringkali tidak dilakukannya. Misalnya ahli puasa senin kamis, kemudian dakwah lewat ayo puasa senin kamis selama 3 tahun maka saat mengajak orang lain akan di taati, lah belum pernah puasa senin kamis malah ngajak puasa, malah bertambah jauh artinya tidak ditaati. Dalam menentukan awal puasa harus lewat sidang dan mereka bersaksi atau disumpah para panitia penentuan awal puasa, makanya Kementerian agama dalam menentukan awal puasa dan akhir puasa melalui sidang isbat, ada hujjahnya terkait bab itu, jadi jangan sekali-kali menentukan satu ramadhan keliru, maka saat akhir ramadhan ditambahkan, apabila tidak terlihat hilal. Kemudian jika ada orang yang musyafir ke beberapa negara, maka harus mengikuti jadwal buka puasa atau saurnya di negara itu, misalkan kita puasa di indonesia, kemudian puasa, ternyata waktu di saudi belum buka, maka kita harus ikuti puasa waktu saudi atau waktu setempat bukan waktunya jadwal Indonesia. 1 2 Video Pilihan

KajianFiqih wanita tentang nifas lengkap pembahasan dari kitab riyadul Badi'ah disampaikan oleh KH Fakhruddin Al BantaniYuk dapatkan buku-buku karya Tuan Gu

By Minggu, 12 Januari 2014 pukul 610 pmTerakhir diperbaharui Kamis, 06 Desember 2018 pukul 528 amTautan Ceramah agama tentang kajian kitab Riyadhush Shalihin oleh Syaikh Prof. DR Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr Penerjemah Ustadz Abdullah Roy, Ceramah agama Islam bersama Syaikh Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr dengan pembahasan kitab Riyadhush Shalihin, karya Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i, yang live disampaikan pada Ahad, 10 Rabi’ul Awwal 1435 / 12 Januari 2014, pukul 1650-1800 WIB. Pertemuan kali ini membahas 2 bab, yaitu Bab ke-217 dan Bab ke-218, yaitu berturut-turut di antaranya tentang “Bab Wajibnya Berpuasa Ramadhan dan Penjelasan Keutamaan Berpuasa dan Apa yang Berkaitan dengannya” dan “Bab Kedermawanan, Melakukan Kebajikan, dan Memperbanyak Kebaikan di Bulan Ramadhan dan Menambah Kebaikan Tersebut pada Sepuluh Hari yang Terakhir dari Bulan Ramadhan.” [scstatus-riyadhush-shalihin-syaikh-abdur-razzaq-abdul-muhsin-2013] Pembahasan dalam Rekaman Kajian Kitab Riyadhush Shalihin Ini Kitab Fadhilah / Keutamaan Amal كتَاب الفَضَائِل Bab ke-217 Bab Wajibnya Berpuasa Ramadhan dan Penjelasan Keutamaan Berpuasa dan Apa yang Berkaitan dengannya باب وجوب صوم رمضان وبيان فضل الصيام وَمَا يتعلق بِهِ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ١٨٣ أَيَّاماً مَّعْدُودَاتٍ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْراً فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ١٨٤ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ١٨٥ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, 183 yaitu dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 184 Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang bathil. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. 185” Al-Baqarah [2] 183-185 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda قَالَ اللهُ – عز وجل كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَام، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإذَا كَانَ يَومُ صَوْمِ أحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ فإنْ سَابَّهُ أحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إنِّي صَائِمٌ. وَالذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أفْطَرَ فَرِحَ بفطره، وَإذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ “Allah Azza wa Jalla berfirman “Setiap amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa adalah untukKu dan Akulah yang membalasnya.” Dan puasa adalah perisai. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata yang jorok dan janganlah dia mengeraskan suara. Maka apabila salah seorang memakinya atau mencelanya, atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah dia mengatakan “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangannya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada bau kasturi. Dan orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan ketika dia berbuka puasa bergembira / berbahagia dengan berbuka puasanya dan kegembiraan ketika dia bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dia bahagia dengan puasanya.” Bukhari dan Muslim. Dan lafadz ini adalah riwayat Al-Imam Bukhari. Bab ke-218 Bab Kedermawanan, Melakukan Kebajikan, dan Memperbanyak Kebaikan di Bulan Ramadhan dan Menambah Kebaikan Tersebut pada Sepuluh Hari yang Terakhir dari Bulan Ramadhan باب الجود وفعل المعروف والإكثار من الخير في شهر رمضان والزيادة من ذَلِكَ في العشر الأواخر منه Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau berkata كَانَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أجْوَدَ مَا يَكُونُ في رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْريلُ، وَكَانَ جِبْريلُ يَلْقَاهُ في كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبرِيلُ أجْوَدُ بالخَيْرِ مِن الرِّيحِ المُرْسَلَةِ “Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan ketika bulan Ramadhan, ketika bertemu dengan Jibril alaihis salam. Dan Jibril alaihis salam bertemu dengan beliau setiap malam di bulan Ramadhan, kemudian saling mempelajari Al-Qur’an. Maka sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika bertemu dengan Jibril, lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” Bukhari dan Muslim Simak selengkapnya kajian kitab Riyadhush Shalihin bersama ulama Madinah, Syaikh Abdurrazzaq bin Abdilmuhsin Al-Abbad Al-Badr hafidzahullah, download sekarang juga rekamannya. Dengarkan dan Download Seri Kajian Kitab Syarah Riyadhush Shalihin – Syaikh Abdur Razzaq Bab 217-218 – Bab Wajibnya Berpuasa Ramadhan dan Keutamaannya dan Bab Memperbanyak Kebaikan di Bulan Ramadhan Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Mari berbagi ke Facebook, Twitter, dan Google+. Bagikan tautan download ceramah yang bermanfaat ini ke akun media sosial Anda. Jazakumullahu khoiron. Malampenuh berkah H ke 8,بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِAssalamu'alaikum warahmatullaahi wabarokatuh. *Marhaban Ya Ramadhon.*- *Jumpa lagi Bersama MW Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi muslim mukalaf yaitu yang baligh, berakal sehat dan mampu untuk puasa tidak sedang sakit. Puasa Ramadan merupakan salah satu dari lima rukun atau pilar dari Islam. Meninggalkan puasa adalah dosa besar kalau masih mengakui atas wajibnya; sedangkan bagi yang tidak menganggap puasa Ramadan itu wajib maka hukumnya murtad atau keluar dari Islam. Nama kitab Terjemah Kitab Fathul Qorib Judul kitab asal Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار Pengarang Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili Bidang studi Fiqih madzhab Syafi'i Daftar Isi Kitab Hukum Puasa Pengertian Puasa Syarat Wajib Puasa Fardu atau Rukun Puasa Yang Membatalkan Puasa Kesunahan Puasa Puasa Yang Diharamkan Puasa Yang Makruh Tahrim Bagi yang Tidak Puasa Ramadan Hukum I'tikaf Kembali ke Terjemah Kitab Fathul Qorib KITAB PUASA كتاب بيان أحكام الصيام وهو والصوم مصدران معناهما لغة الإمساك، وشرعاً إمساك عن مفطر بنية مخصوصة جميع نهار قابل للصوم من مسلم عاقل طاهر من حيض ونفاس وشرائط وجوب الصيام ثلاثة أشياء وفي بعض النسخ أربعة أشياء الإسلام والبلوغ والعقل والقدرة على الصوم وهذا هو الساقط على نسخة الثلاثة، فلا يجب الصوم على أضداد ذلك. وفرائض الصوم أربعة أشياء أحدها النية بالقلب فإن كان الصوم فرضاً كرمضان أو نذراً، فلا بد من إيقاع النية ليلاً، ويجب التعيين في صوم الفرض كرمضان، وأكمل نية صومه أن يقول الشخص نويت صوم غد عن أداء فرض رمضان هذه السنة لله تعالى و الثاني الإمساك عن الأكل والشرب وإن قل المأكول والمشروب عند التعمد، فإن أكل ناسياً أو جاهلاً لم يفطر إن كان قريب عهد بالإسلام، أو نشأ بعيداً عن العلماء وإلا أفطر و الثالث الجماع عامداً وأما الجماع ناسياً فكالأكل ناسياً و الرابع تعمد القيء فلو غلبه القيء لم يبطل صومه والذي يفطر به الصائم عشرة أشياء أحدها وثانيها ما وصل عمداً إلى الجوف المنفتح أو غير المنفتح كالوصول من مأمومة إلى الرأس والمراد إمساك الصائم عن وصول عين إلى ما يسمى جوفاً و الثالث الحقنة في أحد السبيلين وهو دواء يحقن به المريض في قبل أو دبر المعبر عنهما في المتن بالسبيلين و الرابع القيء عمداً فإن لم يتعمد لم يبطل صومه كما سبق. و الخامس الوطء عامداً في الفرج فلا يفطر الصائم بالجماع ناسياً كما سبق و السادس الإنزال وهو خروج المني عن مباشرة بلا جماع محرماً كان كإخراجه بيده أو غير محرم كإخراجه بيد زوجته أو جاريته واحترز بمباشرة عن خروج المني بالاحتلام فلا إفطار به جزماً و السابع إلى آخر العشرة الحيض والنفاس والجنون والردة فمتى طرأ شيء منها في أثناء الصوم أبطله ويستحب في الصوم ثلاثة أشياء أحدها تعجيل الفطر إن تحقق غروب الشمس فإن شك فلا يعجل الفطر، ويسن أن يفطر على تمر وإلا فماء و الثاني تأخير السحور ما لم يقع في شك فلا يؤخر، ويحصل السحور بقليل الأكل والشرب و الثالث ترك الهجر أي الفحش من الكلام الفاحش، فيصون الصائم لسانه عن الكذب والغيبة ونحو ذلك كالشتم، وإن شتمه أحد فليقل مرتين أو ثلاثاً إني صائم إما بلسانه كما قال النووي في الأذكار، أو بقلبه كما نقله الرافعي عن الأئمة واقتصر عليه. ويحرم صيام خمسة أيام العيدان أي صوم يوم عيد الفطر وعيد الأضحى وأيام التشريق وهي الثلاثة التي بعد يوم النحر ويكره تحريماً صوم يوم الشك بلا سبب يقتضي صومه. وأشار المصنف لبعض صور هذا السبب بقوله إلا أن يوافق عادة له في تطوعه كمن عادته صيام يوم وإفطار يوم فوافق صومه يوم الشك، وله صيام يوم الشك أيضاً عن قضاء ونذر، ويوم الشك هو يوم الثلاثين من شعبان إذا لم ير الهلال ليلتها مع الصحو أو تحدث الناس برؤيته، ولم يعلم عدل رآه أو شهد برؤيته صبيان أو عبيد أو فسقه Pengertian Puasa Lafadz shiyam dan shaum adalah dua bentuk kalimat masdar, yang secara bahasa keduanya bermakna menahan. Dan secara syara’ adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa disertai niat tertentu sepanjang siang hari yang bisa menerima ibadah puasa dari orang muslim yang berakal dan suci dari haidl dan nifas. Syarat Wajib Puasa Syarat-syarat wajib berpuasa ada tiga perkara. Dalam sebagian redaksi ada empat perkara. Yaitu Islam, baligh, berakal dan mampu berpuasa. Dan ini mampu berpuasa tidak tercantum di dalam redaksi yang mengatakan syaratnya ada tiga perkara. Maka puasa tidak wajib bagi orang yang memiliki sifat yang sebaliknya. Fardu-Fardu Puasa Fardlu-fardlunya puasa ada empat perkara. Salah satunya adalah niat di dalam hati. Jika puasa yang dikerjakan adalah fardlu seperti Romadlon atau puasa nadzar, maka harus melakukan niat di malam hari. Dan wajib menentukan puasa yang dilakukan di dalam puasa fardlu seperti puasa Romadlon. Niat puasa Romadlon yang paling sempurna adalah seseorang mengatakan, “saya niat melakukan puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadlon tahun ini karena Allah Ta’ala.” Fardlu kedua adalah menahan dari makan dan minum walaupun perkara yang dimakan dan yang diminum hanya sedikit, hal ini ketika ada unsur kesengajaan. Jika seorang yang berpuasa melakukan makan dalam keadaan lupa atau tidak mengetahui hukumnya, maka puasanya tidak batal jika ia adalah orang yang baru masuk Islam atau hidup jauh dari ulama’. Jika tidak demikian, maka puasanya batal. Fardlu ke tiga adalah menahan dari melakukan jima’ dengan sengaja. Adapun melakukan jima’ dalam keadaan lupa, maka hukumnya sama seperti makan dalam keadaan lupa. Fardlu ke empat adalah menahan dari muntah dengan sengaja. Jika ia terpaksa muntah, maka puasanya tidak batal. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa Hal-hal yang membuat orang berpuasa menjadi batal ada sepuluh perkara. Yang pertama dan kedua adalah sesuatu yang masuk dengan sengaja ke dalam lubang badan yang terbuka atau tidak terbuka seperti masuk ke dalam kepala dari luka yang tembus ke otak. Yang dikehendaki adalah seseorang yang berpuasa harus mencegah masuknya sesuatu ke bagian badan yang dinamakan jauf lubang. Yang ke tiga adalah al huqnah menyuntik di bagian salah satu dari qubul dan dubur. Huqnah adalah obat yang disuntikkan ke badan orang yang sakit melalui qubul atau dubur yang diungkapkan di dalam matan dengan bahasa “sabilaini dua jalan”. Yang ke empat adalah muntah dengan sengaja. Jika tidak sengaja, maka puasanya tidak batal seperti yang telah dijelaskan. Yang ke lima adalah wathi’ dengan sengaja di bagian farji. Maka puasa seseorang tidak batal sebab melakukan jima’ dalam keadaan lupa seperti yang telah dijelaskan. Yang ke enam adalah inzal, yaitu keluar sperma sebab bersentuhan kulit dengan tanpa melakukan jima’ Baik keluar sperma tersebut diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangannya sendiri, atau tidak diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangan istri atau budak perempuannya. Dengan bahasa “sebab bersentuhan kulit”, mushannif mengecualikan keluarnya sperma sebab mimpi basah, maka secara pasti hal itu tidak bisa membatalkan puasa. Yang ke tujuh hingga akhir yang ke sepuluh adalah haidl, nifas, gila dan murtad. Maka barang siapa mengalami hal tersebut di tengah-tengah pelaksanaan puasa, maka hal tersebut membatalkan puasanya. [ Kesunahan-Kesunahan Puasa Di dalam puasa ada tiga perkara yang disunnahkan. Salah satunya adalah segera berbuka jika orang yang berpuasa tersebut telah meyaqini terbenamnya matahari. Jika ia masih ragu-ragu, maka tidak diperkenankan segera berbuka. Disunnahkan untuk berbuka dengan kurma kering. Jika tidak maka dengan air. Yang ke dua adalah mengakhirkan sahur selama tidak sampai mengalami keraguan -masuknya waktu Shubuh-. Jika tidak demikian, maka hendaknya tidak mengakhirkan sahur. Kesunahan sahur sudah bisa hasil dengan makan dan minum sedikit. Yang ke tiga adalah tidak berkata kotor. Maka orang yang berpuasa hendaknya menjaga lisannya dari berkata bohong, menggunjing orang lain dan sesamanya seperti mencela orang lain. Jika ada seseorang yang mencaci dirinya, maka hendaknya ia berkata dua atau tiga kali, “sesungguhnya aku sedang berpuasa.” Adakalanya mengucapkan dengan lisan seperti yang dijelaskan imam an Nawawi di dalam kitab al Adzkar. Atau dengan hati sebagaimana yang dinuqil oleh imam ar Rafi’i dari beberapa imam, dan hanya mengucapkan di dalam hati. Puasa-Puasa Yang Diharamkan Haram melakukan puasa di dalam lima hari. Yaitu dua hari raya, maksudnya puasa di hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha. Dan di hari-hari Tasyrik, yaitu tiga hari setelah hari raya kurban Puasa Yang Makruh Tahrim Hukumnya makruh tahrim melakukan puasa di hari Syak tanpa ada sebab yang menuntut untuk melakukan puasa pada hari itu. Mushannif memberi isyarah pada sebagian contoh-contoh sebab ini dengan perkataan beliau, “kecuali jika kebiasannya melakukan puasa bertepatan dengan hari tersebut”. Seperti orang yang memiliki kebiasaan puasa satu hari dan tidak puasa satu hari, kemudian giliran puasanya bertepatan dengan hari Syak. Seseorang juga diperkenankan melakukan puasa di hari Syak sebagai pelunasan puasa qadla’ dan puasa nadzar. Hari Syak adalah hari tanggal tiga puluh Sya’ban ketika hilal tidak terlihat di malam hari sebelumnya padahal langit dalam keadaan terang, sedangkan orang-orang membicarakan bahwa hilal telah terlihat namun tidak ada orang adil yang diketahui telah melihatnyanya, atau yang bersaksi telah melihatnya adalah anak-anak kecil, budak atau orang-orang fasiq. [ TsimarYaniah merupakan syarah dari kitab Riyadhul Badiah karya Syaikh Muhammad Hasbullah. Kitab ini ditujukan untuk setiap muslim sebagai pengantar dalam mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan keagamaannya. Diawali dengan pembahasan Tauhid, penulis menjabarkan pokok-pokok keimanan dalam kerangka ahlus
Ceramah agama Islam oleh Ustadz Abu Qatadah Alhamdulillah, setelah sekian lama kita berpisah dari kajian kitab Umdatul Ahkam, kini, kita dapat lanjutkan kembali pelajaran kitab tersebut bersama Ustadz Abu Qatadah pada Sabtu pagi, 10 Rajab 1435 / 10 Mei 2014, pukul 0530-0700 WIB. Dan pada pengajian kitab Umdatul Ahkam ini, kita akan mempelajari bersama pembahasan kitab baru, yaitu Kitab Puasa, dimulai dengan hadits pertama, yang meliputi pembahasan Definisi Puasa dan Puasa Ramadhan. Sedangkan puasa Ramadhan yang dibahas ini, meliputi Hukum Puasa Ramadhan hingga Penentuan Awal Ramadhan. Mari kita simak kajian penuh manfaat ini, bi’idznillah. Ringkasan Ceramah Agama Islam – Kajian Kitab Umdatul Ahkam Kitab Puasa كتاب الصيام – Bagian ke-1 Definisi Puasa [0300] Ash-shiyam الصيام adalah jamak dari kata ash-shaum الصوم. Shaum puasa dari sisi bahasa adalah menahan. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala … إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْماً … مريم ٢٦ “… Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, …” QS Maryam [19] 26 Dari sisi syariat, para ulama mendefinisikan puasa dengan definisi yang banyak, tetapi satu dengan lainnya tidak bertentangan. Salah satu definisi dari puasa adalah إمساك مخصوص من شخص مخصوص عن شيء مخصوص في زمن مخصوص “Menahan untuk meninggalkan sesuatu yang khusus dari makan, minum, dan jima’–dan ini berdasarkan ijma’ bagi orang-orang tertentu yaitu Muslim, baligh [belum baligh tidak wajib puasa–tapi jika yang belum baligh berpuasa maka sah puasanya, mendapat pahala dan sebagai orang tua mendapat pahala apabila ia yang mengajarinya], aqil [berakal], muqim [orang yang safar tidak wajib baginya puasa pada hari itu, dan baginya adalah mengganti puasanya pada hari yang lain], shohihun [sehat], dan qodirun ala ash-shiyam [mampu untuk menunaikan shaum. Orang yang sakit maka dia meng-qodho’-nya di lain hari dan orang yang tidak memiliki kekuatan untuk berpuasa maka baginya adalah fidyah] dari sesuatu yang khusus telah dijelaskan [di awal paragraf] dari waktu yang telah ditentukan yakni dari terbit fajar shadiq sampai terbenam matahari.” Atau التعبد لله تعالى بترك المفطرات من طلوع الفجر إلى غروب الشمس “Beribadah kepada Allah dengan meninggalkan segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar shadiq sampai terbenamnya matahari.” Hukum Puasa Ramadhan [1038] Puasa adalah merupakan rukun di antara rukun Islam. Puasa adalah wajib hukumnya. Telah menunjukkan kepada wajibnya puasa dari dalil Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ البقرة ١٨٣ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” QS Al-Baqarah [2] 183 Hadits Pertama Larangan Mendahului Puasa Ramadhan dengan Puasa [2205] Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda لا تقدموا رمضان بصوم يوم ، أو يومين إلا رجلا كان يصوم صوما فليصمه “Janganlah kalian mendahului puasa Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali salah seorang dari kita yang terbiasa berpuasa.” Yang dimaksud di sini, termasuk ketika seseorang melakukan puasa qadha’ mengganti puasa wajib atau punya kebiasaan puasa sunnah yang tidak bertujuan untuk mengagungkan puasa Ramadhan. Hadits Abu Hurairah ini adalah hadits yang menjelaskan salah satu adab dalam menunaikan puasa. Di antara adab dalam menunaikan ibadah puasa adalah tidak boleh mendahului puasa Ramadhan sebelum melihat hilal / bulan rukyatul hilal. Hadits Kedua Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal [3810] Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, beliau berkata Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda إذا رأيتموه فصوموا . وإذا رأيتموه فأفطروا . فإن غم عليكم فاقدروا له “Apabila kamu melihat hilal bulan, maka berpuasalah. Dan apabila melihat hilal Syawwal, maka berbukalah Idul Fitri. Apabila terhalang oleh awan atau lebih dari itu, adalah hujan, maka sempurnakanlah Sya’ban-nya dan Ramadhan-nya.” Yang dimaksud disempurnakan’ adalah bahwa bulan Qomariyah itu 29 atau 30 hari. [5325] Bahwa seseorang tidak boleh menunaikan puasa pada bulan Ramadhan, kecuali melihat rukyat bulan atau adanya seseorang yang melihat bulan lalu memberikan kesaksian. Kalau tidak ada yang melihat bulan atau memberitakan melihat bulan, maka bagi kaum Muslimin menyempurnakan Sya’ban-nya 30 hari dan tidak ada jalan selain ini tidak dengan hisab falaki. Apabila seseorang melihat bulan, lalu dia datang ke amirul mukminin / ulil amri, ataupun yang mewakilinya yaitu qodhi hakim, lalu kesaksiannya tidak diterima, baik disebabkan ada beberapa hal yang menyebabkan qodhi itu tidak mempercayainya, seperti ada sifat yang menurut qodhi adalah tidak sah untuk diterima atau menunjukkan bahwa orang itu tidak bisa dipercaya karena dia tidak memiliki pengetahuan untuk mengetahui bagaimana munculnya hilal, dst, maka pendapat yang benar dan kuat, bahwa baginya dan bagi kaum Muslimin adalah puasa bersama imamnya pemimpin, yaitu pemerintah. Dan bagi seseorang yang telah melihat bulan dan tidak diterima syahadahnya persaksiannya, maka bagi dia pun tidak puasa sendirian, apalagi baginya mengumumkan sendiri kepada kaum Muslimin yang lainnya, apalagi dia menyuruh yang lainnya dengan sebab dia telah melihat sendiri. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُومُونَ ، وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُونَ “Puasalah kalian pada hari orang-orang menunaikan puasa. Dan berbukalah kalian di hari orang-orang melakukan buka.” Mari kita download untuk menyimak penjelasan lengkap penuh manfaat dan faedah dari pembahasan kitab Syarah Umdatul Ahkam berkaitan dengan puasa Ramadhan yang sangat pas kondisi kita saat ini yang akan menjelang Ramadhan. Download Ceramah Agama Seri Kajian Kitab Umdatul Ahkam – Ustadz Abu Qatadah Kitab Puasa Bagian ke-1 Puasa Ramadhan hingga Penentuan Awal Ramadhan yang Benar Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Mari kita share ke Facebook, Twitter, dan Google+, semoga bisa bermanfaat bagi saudara-saudara Muslimin kita dan bermanfaat pula bagi kita sebagai amal ibadah, Aamiin.

Title Download Kitab Riyadhul Badi’ah (Dengan makna ala Pesantren) الثمار اليانعة شرح رياض البديعة Description: الثمار اليانعة شرح رياض البديعة Kitab Syarah Riyadhul Badi’ah (Dengan makna ala Pesantren) Karya: Syaikh Muhammad Nawawi al-Bant

Terjemahkitab nadhom imrithi bahasa indonesia, bab i'rob, bab tanda i'rob (rofak), bab tanda i'rob nashob, bab tanda i'rob jer,. Terjemah nadzom alfiah ibnu malik terlengkap 81 bab dan 1000 bait. Yasin Fadilah Lengkap Arab & Terjemah for Android APK from apkpure.com.
Videoini menerangkan bab puasa dalam kitab Riyadul Badiah karya Syekh Hasbulloh Bin Sulaiman
1 Bab Bersuci 2. Bab Najis 3. Bab Wudhu 4. Bab Mandi 5. Bab Tayamun 6. Bab Istinja 7. Bab Hiad Nifas 8. Bab Sholat 9. Bab sholat Jumat 10. Bab sholat sunnah 11. Bab sholat Ied 12. Bab zakat 13. Baba zakat fitrah 14. Bab Puasa 15. Bab Haji 16. Bab Qurban Aqiqah 17. Bab Nadzar 18. Bab Ziarah. Cocok untuk. 1. Kalangan santri yang mengaji 2 .
  • fchy1rln8w.pages.dev/645
  • fchy1rln8w.pages.dev/287
  • fchy1rln8w.pages.dev/820
  • fchy1rln8w.pages.dev/561
  • fchy1rln8w.pages.dev/309
  • fchy1rln8w.pages.dev/904
  • fchy1rln8w.pages.dev/255
  • fchy1rln8w.pages.dev/159
  • fchy1rln8w.pages.dev/117
  • fchy1rln8w.pages.dev/866
  • fchy1rln8w.pages.dev/417
  • fchy1rln8w.pages.dev/275
  • fchy1rln8w.pages.dev/765
  • fchy1rln8w.pages.dev/101
  • fchy1rln8w.pages.dev/217
  • kitab riyadul badiah bab puasa